Alkisah ada seorang ayah yang mempunyai 3 orang anak perempuan. Ayah ini sangat mengasihi ketiga putrinya. Kepada putrinya yang sulung, Ayah ini menyekolahkannya di Amerika. Untuk putri keduanya, Ayah ini memasukkannya ke sekolah kedokteran yang terbaik. Sedangkan untuk putri bungsunya, Ayah ini menyekolahkannya di sekolah swasta di kota tempat mereka tinggal. Sesekali, Ayah ini memberikan hadiah kepada masing-masing putrinya. Suatu hari, kepada putrinya yang sulung, ayah memberikan sebuah cincin permata yang berkilau dengan sangat indahnya. Untuk putri keduanya, ia membelikan sebuah mobil dan untuk putri bungsunya, ia menghadiahkannya sebuah buku. Merasa diperlakukan sedikit berbeda dari kedua kakaknya, si bungsu merasa sedih dan kecewa. Mengapa Sang Ayah membedakannya dari kedua kakaknya?
Ketika membaca kisah diatas, tentu kita merasa bahwa Sang Ayah tidak adil dalam memperlakukan ketiga putrinya. Tidak jauh dari kehidupan kita. ada masa dimana kita merasa hal yang sama dengan si bungsu dalam cerita diatas. Dalam sebuah perusahaan, ada orang yang karirnya bisa dipromosi lebih cepat. Dalam dunia bisnis, ada usaha yang lebih sukses, toko yang lebih ramai. Adapula teman yang diberkati dengan kecerdasan yang lebih. Padahal sama sama anak Tuhan dan dikasihi Tuhan. Mengapa ada perbedaan tersebut? Kita pun mulai membandingkan berkat yang kita terima dengan yang orang lain terima, dan hal ini mulai menimbulkan kecemburuan dalam diri kita dan menilai Allah tidak adil.
Apakah benar Allah tidak adil? Bisa ya, dan tidak.
Iya, jika kita berfokus pada berkat yang diberikan Allah.
Tidak jika kita berfokus pada Allah, pribadinya.
Jika fokus kita adalah pada berkat Allah, maka ketika berkat yang kita terima tidak seperti yang diterima oleh orang lain, hal itu akan menimbulkan iri hati dan membuat kita menilai bahwa Allah tidak adil. Namun jika kita meletakkan fokus kita pada Allah dan Pribadinya, seperti apa berkat yang kita terima, seperti apa berkat yang diterima oleh orang lain bukankah hal tersebut sama? Kita diberkati oleh Allah yang sama.
Allah adalah adil dan Ia murah hati. Kisah perumpamaan dalam Matius 20:1-16 tentang para pekerja di kebun anggur yang mendapatkan upah yang berbeda-beda menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang bermurah hati (Matius 20:15). Namun kemurahan hatiNya tidak dapat kita ukur dengan pengukuran manusia. Ia memberkati setiap orang dengan bentuk dan cara yang berbeda. Adalah hak dan kedaulatannyalah mau seperti apa dan bagaimana bentuk dari berkat yang Ia beri. Tentu Ia memberkati setiap anakNya sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Dan ia memperlengkapi setiap orang sesuai dengan pangilan khusus yang telah dipercayakan. Ketika Allah menunjukkan bagaimana Petrus akan Ia pakai, Petrus bertanya pada Allah dengan bagaimana dengan Yohanes (John 21:21-22, Amplified Bible) When Peter saw him, he said to Jesus, Lord, what about this man? Jesus said to him, if I want him to stay (survive, live) until I come, what is that to you? [ What concern is it of yours?] You follow Me!
Allah berkata bahwa hal itu bukanlah urusan Petrus, Allah mengkehendaki Petrus untuk mengikutiNya. Hanya itu. Berfokus pada Dia dan pribadiNya, mencari wajahNya dan bukan tanganNya. Ketika kita berfokus hanya pada Yesus seorang, hal itu melebihi dari segala yang kita perlukan. Yesus seorang cukup.
it is not that they are more blessed than us, it is that we are blessed in different way.
No comments:
Post a Comment